Berita-Kita | SEHAT merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, maka dari itu menarik untuk menelisik lebih dalam mengenai ‘Apa itu sehat?’ ‘Sudah tepatkah pandangan kita tentang apa arti sehat sesungguhnya? Atau sebenarnya terdapat standar tentang sehat itu sendiri?
Pada umumnya, masyarakat mendefinisikan sehat pada batasan tidak sakit. Artinya seseorang dikatakan sehat jika mereka tidak terserang penyakit. Bahkan, kadang kala orang-orang baru memikirkan tentang betapa nikmatnya sehat ketika mereka dalam keadaan sakit.
Setiap orang punya persepsi yang berbeda mengenai kesehatan, dan diantara itu semua tidak ada yang paling benar. Namun, para peneliti telah melalukukan berbagai riset dan dibuatlah sebuah kesepakatan mengenai standar atau ukuran sehat menurut mereka. Akhirnya, definisi inilah yang digunakan dalam bidang kesehatan.
Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat. Definisi sehat menurut WHO memiliki arti bahwa sehat yang ideal, baik dari segi biologis, psikologis, dan sosial.
Linda Ewless dan Ina Simnett dalam bukunya berjudul “Promoting Health, a Practical Guide Second Edition” berpendapat tentang standar kesehatan, bahwa standar ‘apa yang dianggap sehat’ juga bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kacamata masyarakat sekitar yang berbeda mengenai apa yang mereka anggap sehat.
Seperti misalnya ada orang obesitas yang tidur sambil mendengkur, lalu hal ini dianggap biasa karena setiap hari ia memang memiliki kebiasaan mendengkur saat tidur. Padahal, kondisi ini dapat menjadi gejala penyakit Obstructive Sleep Apnea (OSA). Penyakit ini dapat meningkatkan kemungkinan terkena penyakit jantung (Rahman, 2012).
Sebuah penelitian terkait dampak OSA pada remaja obesitas menyimpulkan bahwa terdapat kaitan antara obesitas dan OSA yang mempengaruhi kinerja kardiovaskular pada remaja yang mengalami obesitas. OSA dihubungkan dengan terjadinya perubahan kekakuan darah pada pembuluh arteri (Dong dkk, 2020).
Contoh lain seperti seorang perokok yang tidak merasa sakit meskipun ia mengalami batuk setiap pagi karena merasa batuk adalah hal yang biasa baginya. Sehingga ia tetap menganggap dirinya dalam keadaan sehat (Simnett, 1994).
Dari dua kejadian di atas, kita dapat melihat bahwa kesehatan dinilai secara subjektif oleh setiap orang. Hal ini bergantung pada norma dan harapan mereka masing-masing. Oleh karena itu, hal ini menyebabkan upaya untuk mengukur kesehatan menjadi sangat sulit.
Perspektif orang tentang sehat dan merasa sehat sangat beragam. Pemikiran ini dibentuk melalui hal yang panjang seperti pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan. Selain itu, pandangan tentang keinginan yang akan mereka lakukan setiap hari serta kebugaran yang mereka perlukan juga dapat berpengaruh dalam hal ini. Lantas, setelah membaca sedikit penjelasan mengenai standar sehat itu sendiri, bagaimana sehat yang ideal bagi Anda?
Menurut Kozier, manusia dapat mencapai kesehatan prima jika memenuhi lima dimensi yang mencakup dimensi fisik, sosial, emosi, entelektual, dan spiritual (Kozier dalam Elok, 2013). Salah satu diantaranya yaitu dimensi fisik, dimensi ini mencakup kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas sehari-hari, mencapai kebugaran fisik, menjaga asupan nutrisi, terbebas dari alkohol dan rokok. Dimensi ini dapat dicapai jika kita menerapkan gaya hidup yang positif (Elok, 2013).
*Penyakit Tidak Menular*
Tahu kah Anda bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini telah menjadi penyebab kematian pertama di Indonesia? PTM telah mendahului angka kematian yang disebabkan oleh Penyakit Menular (PM). Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah penyakit tidak menular meningkat dari tahun 2013.
Jumlah penderita kanker meningkat 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8% di tahun 2018; kemudian jumlah penderita stroke meningkat dari 7% menjadi 10.9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Sementara itu, angka penderita diabetes juga kian meningkat dari 6,9% menjadi 8,5%; penderita hipertensi juga meningkat dari 25,8% menjadi 34,1%.
Kenaikan jumlah penderita PTM pada tahun 2018 berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik, merokok, kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah, serta konsumsi minuman beralkohol. Pola makan yang tidak seimbang dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi juga menjadi penyebab peningkatan penderita obesitas sebagai faktor resiko PTM.
*CERDIK*
CERDIK merupakan sebuah program kegiatan dari pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pencegahan dan penatalaksanaan penyakit tidak menular. CERDIK adalah perilaku hidup sehat yang mampu membantu Anda terhindar dari penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan lain-lain. CERDIK merupakan , rangkaian kegiatan yang terdiri dari cek kesehatan berkala, membangun perilaku tidak merokok (enyahkan asap rokok), rajin beraktivitas fisik, diet seimbang, istirahat yang cukup, dan mampu mengolola stress.
Tujuan dari program kesehatan tersebut yaitu meningkatkan status kesehatan, meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, menurunkan kematian, serta upaya untuk memonitoring dan deteksi dini pada faktor resiko penyakit tidak menular dimasyarakat. CERDIK merupakan langkah preventif yang dibuat agar masyarakat yang sehat dapat terhindar dari berbagai Penyakit Tidak Menular (PTM).
Perilaku CERDIK dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku CERDIK dapat dilakukan mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik seperti menerapkan perilaku CERDIK. Mari budayakan perilaku CERDIK dalam kehidupan sehari-hari, karena jika bukan kita, siapa lagi?. (**)
Penulis: Nur Sabrina Ashila Olii
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin