Makassar, Berita-Kita | Literasi sebagai sebuah Gerakan haruslah melibatkan semua warga masyarakat, tak terkecuali bagi siswa-siswi sejak dini. Sebagai sebuah gerakan haruslah menjadi sebuah gerakan memassal, simultan dan berkesinambungan. Tak sekadar jargon, apalagi life service. Namun yang lebih penting adalah gerakan berkesinambungan, intensif, berbasis kurikulum literasi millenial. Inilah yang menjadi cita-cita bersama Ketua Yayasan Al-Insyirah Junaedi, S.Pd.M.Pd., Abdul Rahim Manyau, S.Ag., untuk membuktikan bahwa sekolah literasi Lorong pertama bermula dari TKIT, SDIT, SMPIT yang berpusat di Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar.
Alhamdulillah, tiga hari ini kami bertiga bersama guru dan staf Menggagas Sekolah Islam Terpadu Al-Insyirah Berbasis Lorong Literasi. Atas dukungan guru, ketua yayasan, kepsek dan warga lorong, sekolah literasi lorong bermula dari Yayasan Al-Insyirah.
Sekolah pertama Berbasis Lorong Literasi yang sangat care akan literasi memassal, hari ini saya memberikan bantuan buku-buku sebagai simbol genderang perang literasi lorong berbasis edukasi segera dimulai. ” Bukan Pseuodo Literasi” asal-asalan, tapi kita buktikan atas nama warga masyarakat menjadikan literasi sebagai ujung tombak peradaban.
Nah, langkah awal mengajak dan menyeruhkan guru-guru menulis minimal 2 halaman perorang, kemudian dari tulisan mereka kita bukukan. Untuk membuktikannya, para siswa siswi digilir memasuki perpustakaan sekolah, kemudian diwajibkan menulis resensi buku apa yang dibaca. Selain menyeruhkan membaca buku setiap hari minimal 25 menit. ” Saat ini kami menyusun kurikulum sekolah berbasis literasi lorong untuk Al-Insyirah Paccerakkang,” tegas Bachtiar Adnan Kusuma, penggagas dan mentor utama Sekolah berbasis Lorong bersama Abd.Rahim Manyau dan Junaedi, S.Pd.M.Pd., Selasa (19/11/2019) di Al-Insyirah Makassar. (**)