Makassar, Berita-Kita | Tokoh penggerak literasi Sulsel Bachtiar Adnan Kusuma menerima Penghargaan Literasi Sekolah Award 2019 yang diserahkan Kepala UPT SMA Negeri 20 Makassar, Drs. Mirdan Midding, M.Pd., di SMA 20 Barombong, Kamis (19/12/2019).
Selain Bachtiar Adnan Kusuma menerima penghargaan literasi sekolah juga Bunda Baca Sulsel Ir.Hj. Lies F Nurdin, M.Fish. Acara penganugerahan penghargaan literasi sekolah 2019 dirangkaikan dengan peluncuran Literasi Bergerak Sulsel yang dimulai dari SMA Negeri 20 Barombong, Makassar.
Kepala UPT SMA Negeri 20 Makassar, Drs.Mirdan Midding, M.Pd., menegaskan kalau literasi bergerak yang dicanangkan pertamali di SMA 20 Makassar akan menjadi contoh dan gerakan bagi seluruh SMA di Sulsel. Karena itu, Mirdan berharap dengan hadirnya literasi bergerak yang menghadirkan tokoh literasi Sulsel Bachtiar Adnan Kusuma, akan menjadi gerakan budaya yang tumbuh dan berkembang di setiap SMA di Makassar dan di luar Makassar.
Mirdan menyerahkan penghargaan literasi sekolah 2019 kepada Bunda Baca Sulsel atas keterlibatan dan ketekunan Bunda Baca Sulsel mendorong tumbuhnya literasi dari sekolah maupun dari perpustakaan lorong yang ada di Makassar.
Sementara, BAK, menurut Mirdan dinilai tokoh literasi yang konsisten melakukan kampanye membaca di sekolah-sekolah termasuk menggagas klub baca, kampanye membaca 15 menit setiap hari di sekolah-sekolah sejak 2012 dan mendorong tumbuhnya budaya baca dan menulis sebagai gerakan kolosal di Sulawesi Selatan.
Bachtiar Adnan Kusuma, menyampaikan orasi singkat literasi sekolah bertajuk” Membaca Dalam Perspektif Cultural Studies, Sebuah Gerakan Kolosal Milenial 2020”. Menurut Sekjend Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia ini, membaca tak sekadar aktivitas belajar di sekolah untuk memahami informasi.
Membaca adalah aktivitas budaya yang bukan hanya memahami makna tersirat, tapi dibentuk oleh industri budaya. Karena itu, BAK menilai membaca sebagai bagian integral kaum millenial bukan hanya pembiasaan, pandangan, pola respon terhadap hidup serta penegasan untuk hidup, melainkan membangun tiga kerangka besar budaya baca bagi kaum milenial.
Pertama, lanjut BAK yaitu membangun minat baca sebagai bagian perhatian yang penting terutama membangun pembiasaan terhadap kegiatan membaca untuk menjadi gerakan seseorang.
Kedua, kebiasaan membaca adalah aktivitas rutin yang dilakukan dalam proses penalaran untuk mencapai pemahaman terhadap gagasam atau interaksi melalu lambang atau simbol-simbol baca.
Ketiga, terbangunya budaya baca kolosal yang dimulai dari sekolah-sekolah. Ketiga pilar utama membangun kebiasaan membaca menjadi sebuah gerakan bersama yang tidak bisa berhenti dalam sedetikpun. (**)